Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehNews

India Dukung Industri Fesyen di Aceh

POPULARITAS.COM – Delegasi Aceh yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin berkunjung ke Konsulat Jenderal (Konjen) India di Medan, Sumatera Utara.

Kedatangan Kadisbudpar tersebut dalam rangka meningkatkan kembali hubungan kerjasama Aceh dan India melalui program-program kebudayaan.

Jamaluddin menjelaskan, Aceh dan India memilik ikatan emosional yang kuat terlebih lagi dari sisi sejarah. Hal ini, kata dia bisa dibuktikan lewat akulturasi budaya India di hampir seluruh budaya Aceh yang hampir memiliki kemiripan, seperti dalam hal kuliner, upacara adat bahkan motif-motif tradisional Aceh.

“Tentu ini disebabkan oleh aktivitas perdagangan rempah Aceh dan India sebagai pemasok tekstil terbesar pada masa lalu,” kata Jamaluddin saat berbincang santai dengan Konjen India Rhagu Gururaj, dalam ketrangannya, Jumat (9/7/2021).

Rhagu juga menjelaskan, India sebagai negara penghasil tekstil terbesar di dunia, sangat mendukung program industri fesyen di Aceh dan sangat memungkinkan untuk dilakukannya investasi di bidang industri tersebut lewat bantuan mesin tekstil.

“Kami sangat dukung, kami persilakan Pemerintah Aceh untuk menyediakan platform khusus untuk kerja sama ini agar bisa merealisasikan dalam bidang industri fesyen kedepan,” pungkas Rhagu.

Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Evi Mayasari, menyampaikan hal ini selaras dengan usaha Pemerintah Aceh selama ini dalam membangkitkan kembali industri kain tradisional seperti tenun dan songket Aceh sebagai upaya pelestarian terhadap karya budaya Aceh yang hampir punah lewat industri fesyen.

Selain itu, Aceh sebagai provinsi yang mayoritas muslim kebutuhan akan fesyen muslim (modest fashion) terus mengalami peningkatan.

“Permasalahanya saat ini, Aceh belum memiliki industri tekstil yang memadai, bahan baku untuk ini masih sangat terbatas sehingga harga bahan baku menjadi sangat mahal. Demikian pula dengan kain tenun atau songket Aceh saat ini juga masih diproduksi dengan skala kecil dan waktu kerja yang lama dengan menggunakan alat tradisional dan belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat lokal apalagi luar negeri,” jelas Evi.

Shares: