Feature

Ide kreatif Rahmadi sediakan balai baca secara gratis di rumahnya

Rahmadi adalah pemuda desa setempat, di usia remaja ia sudah bercita-cita dan bertekad  menghilangkan stigma anak-anak desa terbelakang, kumuh, tidak butuh pendidikan dan bodoh.
Anak-anak di balai baca milik Rahmadi di Desa Paya Bili, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. (Popularitas.com/Rizkita)

POPULARITAS.COM – Sayup-sayup suara anak terdengar dari sebuah rumah di Gampong Paya Bili, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Di dalamnya, tepat di ruangan bagian tengah, tampak belasan bocah sibuk membaca buku, beberapa di antaranya bersenda gurau bersama temannya. Rata-rata berusia 7 sampai 13 tahun.

Mereka bersila melingkar seperti sedang belajar kelompok. Di bagian tengah, seorang pria tampak sedang menjelaskan materi bacaan. Dia adalah Rahmadi, owner Balai Baca Desa Paya Bili, pusat pendidikan anak-anak non formal di Gampong Paya Bili, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, hanya butuh waktu 15 menit bila ditempuh dengan sepeda motor atau jasa ojek di pangkalan Simpang Buloh, Cunda.

Sekilas, balai baca itu tampak biasa dan sederhana, layaknya rumah-rumah di kawasan perkampungan di Aceh, berdinding bata merah belum terlapis semen halus. Namun terasa asri, karena dilingkari pepohonan teduh.

Rahmadi adalah pemuda desa setempat, di usia remaja ia sudah bercita-cita dan bertekad  menghilangkan stigma anak-anak desa terbelakang, kumuh, tidak butuh pendidikan dan bodoh.

Sejak bergelar sarjana Teknik Informatika di Universitas Malikussaleh tahun 2015 silam, ia membangun bilik baca. Rumah yang sedianya untuk keluarga pun disulap jadi gudang buku kecil dan ruang belajar gratis bagi anak-anak sekitar.

“Ini rumah saya, saya jadikan tempat belajar alternartif bagi anak-anak di kampung. Ruang tengah ini perpustakaan sekaligus ruang belajar, ada beberapa rak berisi buku-buku pelajaran yang menarik,” ucap Rahmadi kepada popularitas.com, Kamis (10/3/2022).

Balai baca dibangun dengan dana pribadi, ia merogoh kocek dari jasa sebagai Publisher Google yang selama ini digeluti. Sampai akhirnya terwujud dan sekarang sudah berjalan selama 8 tahun lebih.

Rahmadi  termotivasi karena minat baca anak-anak di desa sangat tinggi, sembari ingin  menyadarkan masyarakat Paya Bili bahwa pendidikan dan wawasan sangat penting  pentingnya bagi gerenasi  muda.

“Saya mulai ini  tahun 2015, saya mengajak anak-anak seputaran kampung untuk belajar bersama dan mengasah kemampuan dan menambah wawasan dengan literasi dan menulis. Selama ini saya tidak sendiri, saya dibantu adik perempuan Zainah,” ungkap pemuda 31 tahun itu.

Katanya, balai baca bukan sekedar perpustakaan biasa, tetapi juga sebagai ruang bermain bernilai edukasi bagi anak-anak. Dibuka setiap  Senin hingga Kamis, mulai pukul 14.00 WIB hingga 17.00 WIB. Malam hari dijadikan tempat les privat.

Dalam menggerakkan kegiatan itu, Rahmadi kerap menemui kendala, terutama ketersediaan buku bacaan yang dibutuhkan anak-anak masih sangat terbatas, dana pendukung serta minimnya dukungan dari masyarakat sekitar, khususnya aparatur desa.

“Beberapa waktu lalu, aktivitas balai baca sempat saya hentikan, karena ada isu dukungan dana desa yang salurkan ke tempat ini bermasalah dengan hukum. Saya tidak mengerti maksudnya apa, saya akhirnya ambil kebijakan, dihentikan sementara,” sebutnya.

Namun jelasnya, dibuka kembali karena kasihan melihat anak-anak yang masih ingin belajar, walau  jumlahnya berkurang.

“Saat ini ada belasan anak-anak yang masih bertahan dan mau belajar. Ini salah satu kendala yang sedang saya hadapi, tapi saya optimis, perlahan masyarakat akan sadar, bahwa anak-anak butuh wadah belajar alternatif selain sekolah dasar terutama mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah desa, daerah dan provinsi mendukung ruang pendidikan alternatif bagi anak-anak di desa-desa. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk penyediaan dana, sarana pendukung seperti penyediaan buku-buku dan perangkat belajar yang menarik.

“Tidak ada orang yang tidak ingin anak-anaknya cerdas dan termotivasi untuk maju. Jadi ruang seperti yang saya lakukan saat ini seharus mendapat dukungan penuh agar berkembang. Bukan dikerdilkan karena persoalan yang tidak memiliki korelasi dengan isu pendidikan,” harapnya.

Sementara, Camat Muara Dua, Yuswardi mengaku bangga dengan sosok Rahmadi, pemuda kreatif tanpa pamrih ingin memajukan pendidikan anak-anak di Gampong Paya Bili.

“Ini bisa jadi contoh bagi pemuda di desa lain, membangun desa dengan cara cerdas dan sangat bermamfaat. Kami dari Muspika sangat mendukung langkah yang dilakukan Rahmadi, ini menunjukkan masih ada pemuda sadar pendidikan, apalagi gratis,” ucap Yuswardi.

Yuswardi dan jajaran Muspika Muara Dua akan berupaya mencari solusi agar Balai Baca Paya Bili terus bertahan dan maju.

Shares: