EkonomiNews

Dampak Corona, Harga Kopi Gayo Diprediksi Turun Dalam Waktu Lama

Panen Kopi di Bener Meriah.

TAKENGON (popularitas.com) – Harga kopi gayo di tingkat petani di Kabupaten Aceh Tengah saat ini anjlok akibat dampak dari pandemi global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia (APFI) Armiadi di Takengon Rabu mengatakan pandemi COVID-19 saat ini telah membuat tren minum kopi di negara-negara di belahan dunia menurun akibat banyak kedai-kedai kopi atau coffe shop berhenti beroperasi.

Karena itu Armiadi memprediksi penurunan harga jual kopi gayo masih berlangsung lama. “Sekarang kopi menumpuk. Ketika nanti kondisi membaik, maka semua barang akan dilepas bersamaan. Tentu ini juga akan membuat harga turun, karena barang banyak,” kata Armiadi.

Selain itu Armiadi juga memperkirakan kondisi banyak negara setelah pandemi COVID-19 mereda masih akan fokus pada pemulihan ekonomi masyarakatnya. Sehingga tren minum kopi yang disebutnya sebagai konsumsi mewah belum akan stabil secara keseluruhan. “Itu prediksi kita,” ucapnya.

Sementara untuk kondisi saat ini kata Armiadi ekspor kopi gayo di pasar global tertahan atau dipending oleh para pembeli luar negeri.

Dia menuturkan mayoritas buyer luar negeri menunda pembelian kopi walau sudah ada kontrak dengan eksportir lokal.

“Tekarkhir pengiriman itu di bulan Maret bagi yang sudah kontrak. Sekarang pending atau direschedule sampai bulan Juni 2020. Itu pun kalau di bulan Juni nanti kondisi sudah normal. Kalau tidak kemungkinan akan panjang,” ujarnya.

Namun dalam hal ini Armiadi memastikan pembelian kopi hasil panen  di tingkat petani lokal masih akan tetap berjalan walau sedikit melambat. “Untuk pembelian kopi dari petani memang melambat, tapi masih ada yang menampung,” tutur Armiadi.

Menurutnya para eksportir saat ini membeli kopi dengan dua alasan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan kontrak yang sudah terjalin dan untuk tujuan disimpan sebagai barang stok di gudang.

“Ada eksportir yang punya kontrak tapi belum terpenuhi, maka dia membeli untuk memenuhi kebutuhan kontrak. Yang kedua ada yang membeli untuk disimpan. Jadi karena nanti dia belum tahu bisa menjual dengan harga berapa, makanya dia hanya berani beli dengan harga murah,” ujarnya.

Sementara terkait dengan penurunan harga beli kopi di tingkat petani lokal saat ini kata Armiadi berkisar antara Rp7.000 sampai Rp8.000 per kaleng atau setara 12 kilogram untuk biji kopi gelondongan.

Sedangkan untuk biji kopi hijau asalan kata dia berada di harga Rp53.000 per kilogram.

“Kami di Baburrayan sekarang beli asalan Rp53.000,- buka harga. Sebelumnya harga Rp58.000,- sampai Rp60.000,- perkilogram. Berarti Rp5.000,- penurunan harga untuk kopi asalan perkilogramnya,” sebut Armiadi.

“Untuk kopi gelondong penurunannya Rp2.000,- karena harga sebelumnya Rp10.000,” katanya lagi. (ANT)

Shares: