EkonomiNews

Harga CPO Terkoreksi Lagi

Hasil Penelitian Anak Bekerja di Perkebunan Sawit Keluarga
Ilustrasi kebun sawit | Foto: Detik.com

JAKARTA (popularitas.com) – Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) masih diperdagangkan di level tertingginya di awal bulan Oktober ini. Namun terdapat beberapa sentimen yang patut diperhatikan ke depannya.

Harga CPO kontrak berjangka acuan diperdagangkan di level RM 2.174/ton pada 10.50 WIB, naik 0,65% dibanding penutupan perdagangan kemarin. Harga tersebut merupakan harga tertingginya di bulan Oktober ini.

Kamis ini, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) akan merilis data kelapa sawit Malaysia bulan September mulai dari produksi, ekspor hingga stok.

Menurut survei yang dilakukan Reuters, data tersebut berpotensi untuk menekan harga CPO ke depannya. Stok diprediksi naik 11,9% bulan September menjadi 2,52 juta ton. Produksi meningkat 4,6% menjadi 1,91 juta ton.

Namun ekspor September turun hingga 20% dibandingkan dengan bulan Agustus. Akibatnya ada kemungkinan harga CPO akan terkoreksi dalam waktu dekat.

Namun jika melihat outlook jangka pendek-menengah, perbaikan permintaan dan ancaman turunnya produksi masih diprediksi dapat mengangkat harga CPO. Perbaikan permintaan didukung oleh program B30, B20 dan B10 di Indonesia dan Malaysia, masih terbukanya pasar Eropa terhadap produk minyak sawit, permintaan yang masih mungkin tinggi dari India.

Dari sisi pasokan El Nino yang melanda kawasan Asia Tenggara berpotensi untuk menurunkan produksi jangka pendek ke menengah. El Nino, fenomena pemanasan perairan di Samudra Pasifik Timur, membawa cuaca kering di Asia Tenggara dan menurunkan hasil kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia

“Cuaca akan mempengaruhi produksi pada kuartal ketiga, tetapi kami tidak merevisi target produksi,” kata Tofan Mahdi, Senior Vice-President – Communications, PT Astra Agro Lestari.

Meski demikian, sejumlah perusahaan memperkirakan dampak kemarau panjang baru akan terlihat pada paruh pertama 2020. “El Nino tak akan berdampak pada produksi tahun ini, tetapi panen tahun depan,” kata Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI.

“Produksi tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dari 2018, meski kenaikan secara tahunan tak setinggi 2018,” tambahnya. Dilansir dari Indopremier News.

Jadi kesimpulannya ada kemungkinan harga CPO kembali terkoreksi. Namun ke depan akibat permintaan yang naik dan produksi menurun akibat kekeringan dapat kembali mengerek harga komoditas andalan RI dan Negeri Jiran ini.*

Sumber: CNBC Indonesia

Shares: