HukumNews

Firli Bahuri bicara di PBB tentang penanganan korupsi

Ketua KPK RI Firli Bahuri jadi pembicara di Konferensi Konferensi Antikorupsi untuk Profesi Penegak Hukum di Asia Tenggara atau Regional Anti-Corruption Conference For Law Enforcement Professioanals in Southeast Asia yang digelar Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan atau United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) di Bangkok, Thailand, selama 29-31 Agustus 2022.
Firli Bahuri bicara di PBB tentang penanganan korupsi
Ketua KPK RI Firli Bahuri, saat berbicara tentang penanganan korupsi pada acara Konferensi Antikorupsi untuk Profesi Penegak Hukum di Asia Tenggara yang digelar Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan atau United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) di Bangkok, Thailand, selama 29-31 Agustus 2022. FOTO : Ist

POPULARITAS.COM – Ketua KPK RI Firli Bahuri jadi pembicara di Konferensi Konferensi Antikorupsi untuk Profesi Penegak Hukum di Asia Tenggara atau Regional Anti-Corruption Conference For Law Enforcement Professioanals in Southeast Asia yang digelar Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan atau United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) di Bangkok, Thailand, selama 29-31 Agustus 2022.

Dalam paparannya, Ketua KPK itu menyampaikan pentingnya komunikasi, dan kerjasama antara lembaga penegak hukum. Hal tersebut akan jadi kunci efektivitas penanganan korupsi dan praktik pencucian uang atau fraud.

Kedepan, kata Firli Bahuri yang menyampaikan paparannya secara virtual, Senin (29/8/2022), praktik korupsi dan pencucian uang akan semakin canggih dan komplek pada sebuah negara berstatus middle income.

Dari hasil penelitian, ungkap Firli lagi, jenis, pola, dan pelaku korupsi berkembang seiring dengan dinamika sosial, politik dan ekonomi. Jadi semakin tinggi pendapatan engara, maka praktik korupsi dan fraud akan semakin canggih dan lebih banyak.

Dengan kata lain, korupsi merupakan “target yang bergerak” dan berkembang mengikuti perkembangan waktu dan teknologi. Negara-negara berpendapatan menengah pun kini sedang dihadapkan dengan korupsi modern.

“Di pertengahan abad berikutnya, ketika mayoritas bangsa-bangsa Asia mencapai status penghasilan tinggi, kita akan menghadapi korupsi pasca-modern yang lebih canggih,” tutur Firli Bahuri.

Apalagi, aktor korupsi dan pencucian uang kebanyakan berasal dari swasta dengan target korupsi yang besar.

“Kini, saatnya memperkuat kerja sama lebih lanjut untuk mencegah dan mematikan korupsi dan pencucian uang. Ini penting selain untuk meningkatkan diri sendiri, juga untuk menghadapi bentuk korupsi yang akan datang,” tandasnya.

Shares: