HeadlineNews

Demo Tolak Tambang Rusuh, Petugas dan Mahasiswa Terluka

BANDA ACEH (popularitas.com) – Aksi unjuk rasa yang berlangsung di kantor Gubernur Aceh berakhir rusuh. Sejumlah fasilitas kantor dilaporkan rusak dalam aksi lanjutan massa dari aliansi Korps Barisan Pemuda Aceh (BPA) tersebut, Selasa, 9 April 2019.

Pantauan di lokasi terlihat polisi sempat melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa yang hendak masuk ke dalam kantor Gubernur Aceh. Para petugas kepolisian juga terlihat ada yang terluka. Di kubu mahasiswa juga terlihat beberapa demonstran yang terluka. Saat ini, korban dievakuasi oleh rekan-rekannya untuk mendapat perawatan medis.

Selain itu, beberapa jendela kaca kantor pemerintahan Aceh pecah. Begitu pula dengan pot bunga yang ada di halaman kantor Gubernur Aceh tersebut juga menemui nasib serupa. Kerusuhan ini juga membuat satu unit televisi di pos petugas keamanan Kantor Gubernur Aceh rusak. Tak hanya itu, pagar besi kantor pemerintahan itu juga patah di beberapa tempat.

Massa BPA dalam kerusuhan ini turut menurunkan bendera Merah Putih yang berkibar di tiang depan halaman kantor Gubernur Aceh. Polisi dibantu personil Satpol PP yang bertugas menjaga lokasi akhirnya berhasil menghalau massa hingga ke luar kompleks kantor Gubernur Aceh.

Belum diketahui penyebab pasti unjukrasa damai tersebut berakhir rusuh. “Coba cek ke dalam, mana satu batu pun yang melayang,” ujar salah seorang demonstran saat petugas mencoba melerai kerusuhan.

Namun pernyataan mahasiswa tersebut tiba-tiba dibantah oleh seorang petugas kepolisian. “Nggak ada batu, didorong tahu. Aku jatuh ni. Didorong, apa membantah ni,” tegas petugas tersebut.

Hingga saat ini kondisi di lokasi sudah berangsur normal. Namun, beberapa mahasiswa terlihat masih berada di lokasi sementara yang lainnya berkumpul di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.

Sebelumnya diberitakan, massa mahasiswa lintas universitas di Aceh kembali menggelar demontrasi di beranda kantor Gubernur Aceh, Selasa, 9 April 2019. Massa bergerak pukul 10.20 WIB dari halaman taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh menuju kantor gubernur.

Pengunjuk rasa yang mengatasnamakan Koprs Barisan Pemuda Aceh (Koprs-BPA) tersebut mengenakan almamater masing-masing.

Pada aksi kali ini mereka kembali mendesak agar Pemerintah Aceh menolak kehadiran PT Emas Mineral Murni (EMM) yang mancakup dua wilayah kabupaten di Aceh, antara lain di Beutong, Nagan Raya dan Pegasing, Aceh Tengah.

Mereka menilai aktivitas pertambangan itu akan berdampak luas pada kerusakan lingkungan. Di samping itu, peserta juga mengatakan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah sebagai pengkhianat jika tidak berdiri bersama rakyat untuk menolak kehadiran PT EMM.

“Jika pemerintah Aceh tidak mengambil sikap untuk mendorong pemerintah pusat mencabut izin EMM, tidak menghentikan itu semua, maka kami rakyat Aceh akan kembali bergejolak. Ini adalah penjajah yang terbaru yang didukung oleh kapitalisme,” kata salah satu orator, Teguh Permana, di halaman kantor Gubernur Aceh.

Demonstran juga meminta Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah untuk turun dari ruangannya menemui mereka. Namun, Plt tak kunjung hadir. Massa pun mencoba merengsek masuk ke dalam kantor Gubernur Aceh. Beberapa saat sempat terjadi dorong-dorongan antara peserta aksi dengan barikade Satpol PP dan anggota Polisi.

“Kami sudah berkali-kali aksi, tapi mana Plt Gubernur, dia harus bertanggung jawab. Kami hanya meminta izin PT EMM dicabut sekarang juga,” ujar salah seorang orator dari atas mobil dengan peranti pengeras suara.

Massa yang semula menggelar aksi damai tersebut sempat terprovokasi untuk merangsek masuk ke dalam kantor Gubernur Aceh. Kata salah satu orator, itu provokasi oknum yang ingin mencederai aksi mereka.

“Mundur kawan-kawan… Mundur, jangan terprovokasi,” teriak salah satu korlap aksi.

Peserta kemudian merangsek mundur dan memilih duduk lesehan di beranda kantor gubernur. Untuk menenangkan massa, salah satu peserta naik ke atas mobil melantunkan shalawat badar dan kemudian mengumandangkan azan.

Selanjutnya, salah satu orator perempuan dari Universitas Abulyatama, Banda Aceh, Rahmatun Fhonna juga menyampaikan orasinya. Dia meminta agar massa tetap tenang dan jangan beringsut meninggalkan kantor gubernur.

“Kawan-kawan ini kantor milik kita. Milik rakyat. Jangan mundur. Kita tunggu sampai pak Plt turun,” ucapnya.

Tepat pukul 12.30 WIB massa menghentikan sejenak orasinya. Sebagian memilih berteduh di halaman kantor gubernur. Tak ada satupun dari pihak Pemerintah Aceh yang menemui peserta aksi. Mereka menyampaikan akan kembali melanjutkan aksi sampai sore hari.

Beberapa massa mahasiswa yang lain, kemudian bergerak ke plang nama kantor orang “nomor satu” di Aceh tersebut. Mereka memasang spanduk di sana dengan tulisan “Kantor Ini Telah Disegel”. (ASM)

Shares: