EditorialNews

Deklarasi Anies dan duka Kanjuruhan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat tiba di NasDem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022). Anies tiba menjelang pengumuman nama capres yang akan diusung oleh Partai NasDem. (ANTARA/Syaiful Hakim)

PARTAI Nasdem, pasti berbilang bulan menyiapkan helatan politik penting Deklarasi Anies Baswedan. Tapi, berjarak 850 kilometer, Sabtu (1/10) atau terpaut dua hari dari pengumuman partai besutan Surya Paloh itu, di Stadion Kanjuruhan, Malang, jelaga bekas tembakan gas air mata masih tersisa. Tanah liang kubur ratusan orang yang meninggal dunia saat pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya masih basah.

Partai Nasdem tentu telah menyiapkan deklarasi Anies Baswedan, jauh sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi. Sebab itu, Senin (3/10/2022) saat Surya Paloh dengan suara baritonnya menyebut nama Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Capres partai tersebut, selimut duka masih membekas seantero negeri.

Gempita kader partai di Gedung Nasdem Tower kala nama Anies Baswedan disebutkan, nun 850 kilometer jaraknya, 10 jam perjalanan melewati tol Salatiga-Kertonoso, duka dari ratusan ibu yang kehilangan anaknya, istri yang kehilangan suaminya, dan tangis anak-anak yang ayahnya terenggut nyawa, air mata mereka masih membekas.

Jauh sebelum tanggal 3 Oktober 2022, hari Deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres, Partai Nasdem pasti telah menyebar undangan, menyiapkan tempat, menyusun agenda-agenda maha penting itu, namun, dua hari sebelum ‘pesta’ itu dilangsungkan, ada suasa duka menyeruak anak negeri.

Rasanya sungguh tak elok mengomentari deklarasi itu tak pantas dilaksanakan ditengah negeri masih berbalut duka. Sebagai tuan rumah, tentu bagi Nasdem masih ada pilihan untuk memundurkan acara. Tapi waktu telah ditetapkan, dan memilih melanjutkan ‘pesta’ harus tetap dijalankan.

Ini bukan soal Anies, tapi soal etis. Sungguh kita berharap deklarasi itu dapat ditunda hingga selubung duka sedikit hilang atas Tragedi Kanjuruhan. Tapi, yah sudahlah, kadang politik tak mengenal etika, atau kadang etika tak penting ketika bicara hasrat kuasa.

Kembali soal Deklarasi Anies Baswedan, Partai Nasdem di Parlemen miliki 9 persen suara, setidaknya koalisi yang dibangun Surya Paloh membutuhkan dukungan partai politik lainnya untuk dapat mengusung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Joko Widodo itu.

Banyak pihak yang bertanya, keberanian apa yang dimilik Surya Paloh  berbekal 9 persen suara parlemen saat mendeklarasikan Anies Baswedan, tentu jawabannya mudah, sama seperti keberaniannya mendeklarasikan Gubernur Jakarta itu saat selimut duka masih membekas atas Tragedi Kanjuruhan. (**EDITORIAL)

Shares: