News

Dekan FKH: Hewan yang terpapar PMK aman dikonsumsi

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Teuku Reza Ferasyi mengatakan, hewan ternak yang terpapar PMK tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga aman bila dikonsumsi dagingnya.
Ilustrasi, Teuku Reza Ferasyi saat dilantik menjadi Dekan FKH USK di gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (22/4/2020). (Dok. Humas USK)

POPULARITAS.COM – Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala (USK), Teuku Reza Ferasyi mengatakan, hewan ternak yang terpapar PMK tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga aman bila dikonsumsi dagingnya.

Meskipun demikian, katanya, penyakit tersebut dapat menimbulkan sejumlah kerugian lainnya yaitu membuat hewan ternak mengalami berat badan dan menurunnya produksi susu. Bahkan penyakit tersebut juga bisa menyebabkan menurunnya populasi hewan ternak.

“Jadi tidak heran selama wabah PMK ini ada, banyak hewan ternak mati mendadak,” kata Reza dalam keterangannya, Selasa (31/5/2022).

Reza mengatakan, penyakit tersebut membuat peternak sapi, kerbau, dan kambing merugi. Oleh sebab itulah Reza meminta semua pihak untuk mendukung penanggulangan wabah PMK yang ada di Aceh.

Menurut pakar di bidang kehewanan itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi wabah tersebut, pertama, bila ada ternak sapi yang terinfeksi agar segera dilaporkan kepada petugas berwenang.

Kemudian, tambah dia, petugas segera melakukan tindakan pengobatan dan bila sudah tersedia vaksin agar memberikan kepada hewan yang sehat.

“Hal yang terpenting adalah menjaga kebersihan kandang ternak dan peternak hewan,” ujar Reza.

Kerugian akibat mewabahnya PMK di Aceh dirasakan langsung oleh salah satu peternak sapi di Aceh Besar, Aditya Urahman.

Ia mengatakan, selama wabah tersebut melanda sejumlah hewan ternaknya mengalami penurunan berat badan. Bahkan beberapa diantaranya ada yang mati dan keguguran.

“Penjualan sangat susah akibat dari penutupan pasar hewan dan harga jualnya pun sudah turun,” kata Aditya.

Akibat wabah tersebut juga, biaya operasional peternakan hewan juga semakin membesar. Dimana pihaknya harus membeli obat-obatan yang semakin langka. Belum lagi harus melakukan pengobatan bagi hewan yang sakit.

“Saya sebagai peternak memohon perhatian dari Pemkab Aceh Besar dan Pemerintah Aceh untuk segera mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku ini,” kata Aditya.

Shares: