HeadlineIn-Depth

Corona Mengintai Anda (3)

Misteri Dana Rp 1,7 Triliun untuk Corona (2)
Plt Gubernur Aceh meresmikan lab PCR di Lambaro Aceh Besar. (popularitas/dani)

Bertahan untuk melawan, seperti strategi memainkan perang, bersembunyi lalu menyerang. Filosifi itulah sebenarnya yang harus diterapkan sekarang untuk melawan Covid-19. Seperti anak muda sedang memainkan game perang PUPG.

Baca:

Corona Mengintai Anda (1)

Corona Mengintai Anda (2)

Aceh Jangan Lengah

Artinya Covid-19 masih mengancam Aceh. Apalagi data terbaru satu PDP SAL  Gayo Lues dinyatakan positif virus corona, usai dites swab di Lab PCR Balitbangkes di Lambaro, Aceh Besar.

Kabar ini disampaikan oleh Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), dr Endang, DPD yang positif itu sebelumnya bekerja jadi ABK Portland di Batam.

“Informasinya benar (positif corona). Beliau ABK Portland di Batam,” ujar Endang, Sabtu (18/4/2020).

Saat ini pasien akan dibawa ke RSUZA, Banda Aceh untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Sebelumnya, pasien dirawat di RS Cut Meutia, Aceh Utara.

Tentunya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh meminta warga harus bersiap menghadapi serangan kedua Covid-19. Hal ini karena kewaspadaan masyarakat Aceh terhadap virus corona mulai kendur.

Menurut pandangan Ketua IDI Aceh, Safrizal Rahman, masyarakat Aceh sekarang mulai lengah. Kewaspadaan mulai kendur. Seolah-olah, masyarakat menganggap Aceh sudah terbebas dari virus corona.

“Karena IDI berpikir saat kita tidak punya pasien bukan berarti kita selesai dengan Covid-19, tetapi justru kita harus bersiap dengan kemungkinan serangan ke-2 yang takutnya lebih besar lagi,” sebut Safrizal.

Dengan kondisi dan situasi Aceh sekarang. IDI Aceh cukup khawatir Covid-19 bisa saja terjadi ledakan beberapa waktu kedepan. Apa lagi kasus terjangkit di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Bahkan Sumatera Utara sudah menjadi pusat terbanyak terjangkit di pulau sumatera. Pasien positif di sana sekarang sudah mencapai 103 orang berdasarkan data Jumat (17/4). Setiap hari terus terjadi peningkatan yang signifikan sejak awal April 2020. Sedangkan pasien yang sembuh hanya 12 orang dan meninggal 10 orang.

Mengingat Aceh dan Sumatera Utara berbatasan langsung. Mobilitas orang terjadi setiap hari. Tentunya ini akan mengancam provinsi paling barat Indonesia.

Dengan kondisi seperti itu, Safrizal mengaku cukup khawatir dengan kondisi Aceh sekarang. Bisa saja terjadi ledakan yang positif, mengingat Aceh dan Sumatera Utara berbatasan langsung dan sudah menjadi pusat penyebaran.

“Indonesia sendiri kasus terus meningkat, apalagi Medan menjadi episentrum di Sumatera. Kita sama sekali belum aman,” jelas Safrizal.

Kekhawatiran IDI Aceh bukan tak beralasan. Lima kasus positif di Aceh beberapa waktu lalu, hanya 20 persen yang memiliki gejala dari kondisi sebenarnya. Artinya, ada 80 persen lagi masyarakat yang tak memiliki gejala beredar di mana-mana.

“Kemarin adalah 20 persen (bergejala) dari kondisi sebenarnya, artinya 80 persen lagi tidak bergejala dan beredar di sekitar kita,” sebutnya.

Persoalan ini juga pernah disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto, Orang Tanpa Gejala (OTG) masih sangat berpotensi menularkan virus corona di tengah masyarakat. Mereka selama ini masih berada di lingkungan masyarakat tanpa keluhan, namun sebenaarnya sudah positif Covid-19.

Yuri meminta agar selalu menjaga jarak. Pasien positif Covid-19 masih terus didapatkan di tengah-tengah masyarakat dan yang paling dikhawatirkan adalah OTG.

Potensi OTG berdasarkan pada statistik masih cukup tinggi penularannya hingga hari ini. OTG yang dimaksud adalah orang yang tidak memiliki gejala Covid-19, namun ternyata positif tertular virus corona.

Menurut Yuri, yang harus menjadi perhatian bersama dan jadikan titik pangkal untuk pencegahan corona, yaitu tetap tinggal di rumah adalah jawaban yang terbaik. Menjaga jarak fisik dan selalu patuh imbauan pemerintah dalam pencegahan penularan Covid-19.

Ia mengajak semua pihak agar bersama-sama menjaga jarak fisik, karena ini adalah kunci keberhasilan untuk memutuskan rantai penularannya. Di samping itu membiasakan mencuci tangan dengan baik menggunakan sabun, air mengalir selama 20 detik.

Termasuk mulai meninggalkan kebiasaan, baik disadari atau tidak, sebutnya, menyentuh wajah, hidung, mulut dan mata, karena ini merupakan rute-rute yang paling klasik penyebaran Covid-19.

Alasan itulah Safrizal menilai dan meyakini apabila pelanggan warung kopi di Aceh dilakukan rapid test, maka akan ditemukan banyak kasus positif Covid-19.

“Bila warung kopi kita lakukan rapid test saya yakin Aceh akan menemukan banyak yang positif, sangat berbahaya,” kata Safrizal.

Untuk itu, IDI Aceh mengimbau kepada masyarakat untuk terus memperkuat social distancing, cuci tangan dan pakai masker.

“Sesuatu yang sudah mulai kendor saat ini di Aceh, ayo kita galakkan lagi, demi anak dan orang tua kita yang kalau terkena akan sangat rawan,” ujar Safrizal.

 

Jangan Remehkan Virus Corona

Direktur Rumah Sakit Umum (RSUZA) Banda Aceh, dr Azharuddin meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak meremehkan penyabaran virus corona. Karena ditakutkan penularan bisa terjadi melalui carrier.

Menurut dokter sepesialis ortopedi ini, carrier adalah seseorang dapat menularkan virus corona kepada orang lain, meskipun orang tersebut tampak normal-normal saja.

Kepada seluruh masyarakat agar ini betul-betul disadari, ditambah sekarang banyak orang sedang lalu-lalang mudik terus terjadi di Aceh yang berasal dari pandemi corona.

“Jangan bangga dulu yang sehat gak ada apa-apanya, yang kita takutkan adalah carrier. Dapat menularkan kepada orang lain, meskipun kita merasa normal saja,” kata Azharuddin.

Oleh karena itu, Azharuddin meminta agar patuh seperti imbauan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Seperti selalu menggunakan masker, menjaga jarak fisik (physical distancing) maupun menjaga jarak sosial (social distancing) dan rajinlah mencuci tangan dengan sabun.

“Itulah upaya-upaya yang bisa dilakukan dan secara ilmiah dan WHO menyampaikan itu sangat bermanfaat dalam menangkal dan meminimalisir terjadinya tertular dari corona,” tukasnya.

Dia menyampaikan, baik Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pengawasan (ODP) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP), tetap akan dipantau pihak RSUZA. Karena tidak boleh ada yang berpikir, seseorang yang sehat sudah aman. Karena tidak yang dapat mengatahui secara pasti, dimana seseorang tertular virus corona.

“Tidak boleh kita meremehkan, tidak boleh kita beranggapan bahwa Aceh aman-aman saja, karena kita tau setiap hari banyak yang mudik, baik dari luar negeri maupun dalam negeri atau dari daerah-daerah terdampak dan menjadi kewaspadaan kita,” ungkapnya.

Melawan Covid-19 seperti mengatur siasat perang. Bertahan untuk melawan, bersembunyi lalu menyerang. Filosofi itulah dimaksud warga agar tetap berada di rumah, menjaga jarak, cuci tangan, gunakan masker dan selalu waspada agar cepat dapat memutuskan mata rantai penyebaran corona di bumi pertiwi ini.[]

Tamat….

Penulis: A.Acal

Shares: