HeadlineNews

Cerita Warga Aceh Terjebak Lockdown di Malaysia

Cerita Warga Aceh Terjebak Lockdown di Malaysia
Kuala Lumpur, Malaysia. Foti liputan6.com

BANDA ACEH (popularitas.com) – Mahmud (34), seorang mahasiswa paska sarjana asal Aceh masih tertahan di Kuala Lumpur, Malaysia. Sampai Selasa (24/3/2020) dia sudah 16 hari terjebak lockdown.

Keberadaan dosen Politeknik Aceh di Kuala Lumpur itu hendak konsultasi tesis dengan dosen pembimbingnya di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Sekaligus ada riset yang harus diselesaikan di laboratorium kampus tersebut.

Dia berangkat dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar delapan hari sebelum pemberlakukan lockdown di Malaysia. Tepatnya Minggu, 8 Maret 2020. Rencana awal setelah konsultasi dan riset, dia langsung kembali ke Tanah Rencong pada 15 Maret 2020.

Setelah delapan hari keberadaanya di Kuala Lumpur, ternyata Kerajaan Malaysia memberlakukan lockdown untuk menangkal COVID-19 yang sudah menjadi pandemi global. Semua warga diminta untuk menetap di rumah, dilarang berkumpul dan physical distancing (menjaga jarak fisik) diberlakukan.

Semua transportasi publik lumpuh. Kuala Lumpur International Airport-Malaysia ditutup. Siapapun tidak boleh ada yang masuk dan keluar dari Malaysia. Semua harus menetap di rumah masing-masing selama lockdown sejak 17 Maret 2020.

Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi berupa denda RM 1000 atau penjara 6 bulan. Pihak kepolisian Kerjaaan Malaysia setiap hari berpatroli mengimbau warga agar tetap berada di rumah selama lockdown berlangsung.

Mahmud kemudian terjebak lockdown di negeri jiran itu. Dia tak dapat kembali ke Aceh selama pembatasan jarak fisik secara ekstrem tersebut. Baru bulan April 2020 mendatang diperkirakan dapat kembali ke Tanah Seulanga.

“Bulan April kemungkinan bisa pulang bang,” kata Mahmud melalui pesan WhatsApp, Senin (23/3/2020).

Dia sedikit beruntung, karena mendapatkan pemberlakukan khusus sebagai mahasiswa. Untuk berangkat ke kampus dari apartemen, setiap pagi dijemput menggunakan kendaraan khusus yang disediakan kampus UKM tersebut.

Mahasiswa kembali diantar ke apartemen pada pukul 17.00 waktu Malaysia dan ini berlangsung setiap hari selama lockdown.

Sebelum masuk laboratorium dan bertemu dosen pembimbing tesisnya. Terlebih dahulu diperiksa kesehatan dan suhu tubuh. Bila suhu tubuh tidak normal, di atas 38 derajat tidak diperbolehkan masuk laboratorium dan bertemu dosen pembimbing.

Kata Mahmud, untuk mahasiswa yang tidak pulang kampung ada bantuan makan siang dari Kementerian Pendidikan Malaysia, selama berada di kampus.

“Waktu berada di kampus dibatasi sampai pukul 5 sore (waktu Malaysia),” ungkap Mahmud.

Selama lockdown kebutuhan makanan di Malaysia tetap tersedia. Mini market, tempat pembelanjaan makanan pokok tetap buka. Yang tidak diperbolehkan, sebutnya, hanya berkumpul dan kontak fisik. Seluruh café dan tempat keramaian lainnya sudah tutup selama lockdown.

Tetapi bila hendak membeli kebutuhan makanan, kata Mahmud diperbolehkan keluar dan membeli di toko kebutuhan makanan pokok. Yang kesulitan, tidak ada transportasi publik untuk bepergian.
“Grab juga susah kita dapat, tapi makanan mudah kami dapat,” jelasnya.

Terjebak lockdown, Mahmud kini lebih focus menyelesaikan riset dan tesisnya di kampus UKM, Malaysia. Rencananya dia baru kembali ke Serambi Makah setelah kebijakan lockdown dicabut oleh Kerajaan Malaysia.[]

Penulis: A.Acal

Shares: