FeatureNews

Cerita Azwar, Keajaiban yang Datang Pasca Tsunami

Azwar. (popularitas/Nurzahri)

Azwar (45) warga Gampong Pasi Lhok, Pidie, memandang tajam ke arah lautan. Sesekali matanya tampak berbinar, mengenang kepergian anak pertamanya saat bencana alam Tsunami melanda bumi Aceh 15 tahun silam.

Ia mengenang, saat itu sebelum Tsunami menyapu Gampong Pasi Lhok, atau daerah-daerah pinggir pantai laut Aceh 15 tahun silam, dirinya disibukkan dengan budidaya pembiitan benih udang. Sedikitpun ia tak memiliki firasat akan adanya gempa dan disusul tsunami.

“Saat itu saya lagi di lokasi budidaya pembibitan benih udang. Namun karena gempa saat itu sangat kuat kami langsung keluar dari lakosi itu. Saat itu air laut sempat kering,” kata Azwar kepada popularitas.com, Rabu 25 Desember 2019.

Azwar langsung berlari kencang  menuju rumah untuk melihat orang tua perempuannya bernama Badriah, yang sedang dalam keadaan lumpuh, agar segera dibopong keluar rumah. Sedangkan istrinya bernama Yusliana membawa keluar putra pertamanya.

Tidak lama berselang, Azwar melihat gelombang air laut setinggi pohon kelapa seperti hendak menerjang daratan, atau permukiman warga.

Suara teriakan, “air laut-air laut” bergema di Gampong Pasi Lhok pagi itu.  Saat itu dia dan warga Gampong Pusong langsung berlari menyelamatkan diri dari terjangan ombak besar tersebut.

“Istri saya saat itu membawa lari anak kami dari terjangan Tsunami, tiba-tiba saat air laut sudah menyapu daratan putra pertama kami lepas dari tangan ibunya,” kenangnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia dan beberapa pria paruh baya lainnya, berupaya mengevakuasi beberapa warga Pasi Lhok saat gelombang pertama Tsunami menyapu desa itu. Hampir sekitar 70 orang tua dan anak-anak dinaikkan ke atas batang pohon kedondong yang mengapung.

Saat itu ada anggota TNI dari kesatuan Marinir di Gampong Pasi Lhok, saat Tsunami juga bergerak cepat menyelamatkan warga setempat, beberapa diantaranya berteriak dan menyuruh masyarakan untuk menyelamatkan diri.

Tetapi, cerita Azwar, anggota Marinir itu saat mengggiring warga supaya menyelamatkan, namun sayangnya malah dia sendiri yang terbawa gelombang kedua Tsunami saat itu.

“Ombak setinggi pohon itu dua kali menerjang Gampong Pasi Lhok saat itu. Gelombang pertama, warga masih sempat menyelamatkan diri. Tiba-tiba datang lagi gelombang kedua, saat itu banyak warga terbawa air Tsunami itu,” kenangnya.

Ia pun letih, ketika mengetahui putranya meninggal dunia terbawa arus Tsunami yang ditemukan di bawah puing-puing, berjarak 100 meter dari lokasi rumahnya.

Hingga dia tidak dapat menahan kesedihannya itu, dan air matanya pun pecah seketika. Azwar juga merasakan ada hikmah tersendiri dalam musibah bencana alam yang mengerikan itu.

Sesekali Azwar tampak mengeluarkan senyuman kecil, saat mengenang ibunya yang semula didera lumpuh, tiba-tiba bisa berjalan dan berlari menyelamatkan dari terjangan ombak Tsunami.

Dia sendiri merasa antara percaya dan tidak percaya, Ibu yang semula bahkan tidak bisa bergerak, makan minum tidur harus dibopong, saat bencana alam maha dahsyat itu, bahkan bisa berlari sepanjang 1 kilometer lebih.

“Tsunami itu ada Hikmahnya juga. Ceritanya begini, pada saat gempa, saya kan mengeluarkan ibu dari rumah dan menaroknya di luar, agar tidak terjadi apa-apa padanya. Namun saat gelombang pertama Tsunami ibu menyapu darata gampong kami, tiba-tiba saja ibu saya langsung sembuh bahkan bisa berlari sangat jauh dia menyelamatkan diri,” jelasnya.

Kini, orang tua perempuan Azwar itu bahkan sudah sembuh total dari penyakit lemah jantung, yang mengakibatkannya sebelum Tsunami tidak bisa bergerak, kini bisa bergerak bebas layak manusia normal lainnya.

Azwar menyebutkan, saat Tsunami sekitar 70 warga Gampong Pasi lhok kehilangan nyawanya akibat diterjang gelombang air laut. Sedangkan untuk seluruh Kecamatan Kembang Tanjong, sekitar 638 orang meninggal dunia. (C-005)

Shares: