HeadlineIn-Depth

Bom Waktu COVID-19 di Aceh

Bom Waktu COVID-19 di Aceh
Ruang RSUZA. (popularitas/dani)

“Kecewa liat banyaknya sepeda motor di depan warkop,” tulis Sri Wahyuni, Selasa (17/3/2020) pukul 22.21 WIB di laman facebooknya.

Libur dua minggu yang telah ditetapkan, dinilai waktu yang ideal untuk menghindari paparan virus corona. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Safrizal Rahman, mengatakan libur ini dianggap penting. Karena waktu tersebut dianggap masa inkubasi terlama virus corona.

Setalah 14 hari ini, kata Safrizal mereka aman. Artinya tidak ada virus corona. Sehingga di daerah tersebut aman dari virus corona, apalagi dalam waktu itu seluruh siswa sudah diliburkan.

“Jadi tujuannya yang pertama, mengurangi angka tertularnya. karena kalau tidak dan semakin ramai, pasti fasilitas-fasilitas didunia tidak sanggup mengatasinya. Tapi kalau begini, ada 1 atau 2 pasien kita bisa mengatasinya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin, 16 Maret 2020.

Menurut Safrizal, yang paling nyata menghindari corona adalah menghindari kontak sosial. Jadi, diminta para warga menghindari keramaian dan kontak tubuh dengan orang lain yang mudah terpapar virus corona.

Terkait hal-hal yang tidak penting seperti berpergian ke daerah terjangkit, apalagi wisata, jangan sampai salah kaprah. Ia mncontohkan, seperti di Jakarta. Warga di sana ramai-ramai ke puncak, menurut Safrizal itu dinilai langkah yang salah.

“Lebih banyak beraktivitas di rumah, belajar di rumah bagi anak. Bukan karena libur, anak-anak dikumpulkan terus bermain bersama, itu bukan sesuatu yang bijak,” ujarnya.

Safrizal juga telah meminta kepada seluruh anggota IDI di seluruh Aceh agar terus memantau perkembangannya. Termasuk melakukan sosialisasi dan memberikan masukan kepada pemerintah daerah, kapan waktu yang tepat melakukan parsial lockdown.

Menurutnya Aceh sekarang belum saatnya menerapkan lockdown atau mengunci alias membatasi akses keluar masuk di wilayah tertentu untuk mencegah sebaran virus.

“Tetapi yang paling realisitis memberlakukan parsial lockdown. Jadi parsial lockdown itu tetap  ada makanan masuk, tetap ada orang bisa datang tapi dibatasi, aktivitas lebih banyak di rumah saja, ini namanya parsial lockdown. Kalau lockdown total berhenti,” jelasnya.

Menurutnya, kebijakan meliburkan sekolah dan aktivitas perkantoran dinilai sudah tepat. Meskipun pemerintah harus ada langkah-langkah kongkrit kedepan dalam mencegah virus corona.

IDI Aceh menilai, menghadapi virus corona ada dua opsi, yaitu menghadapi dan mencegah. Ada 9 provinsi yang sudah ada pasien positif, mereka sekarang harus menghadapi melawan virus corona.

Sedangkan Aceh hingga sekarang belum ditemukan ada yang positif. Maka yang dilakukan pemerintah Aceh sekarang adalah mencegah terjangkit penyebaran COVID-19 tersebut.

“Artinya kita sedikit tertutup, kita kurangi orang datang, kita kurangi lalulintas yang masuk ke Aceh, itu untuk menghindari. Syukur sejauh ini belum ada yang positi virus corona,” jelasnya.

Namun bila kontak sosial masih terjadi. Masyarakat tidak mematuhi imbauan pemerintah. Warung kopi, fasilitas umum dan bahkan bila ada warga yang berwisata selama liburan ini. Aceh juga akan menunggu bom waktu COVID-19.[tim]

Penulis: A.Acal

Shares: