News

BMKG minta warga Aceh waspada banjir di penghujung kemarau basah

BMKG minta warga Aceh waspada banjir di penghujung kemarau basah
Dokumen - Warga membawa air bersih menggunakan perahu saat banjir melanda Desa Kampung Baru, Aceh Utara, Aceh, Selasa (4/1/2022) ANTARA/Rahmad

POPULARITAS.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan potensi terjadinya banjir dan angin kencang wilayah Aceh di akhir musim kemarau basah, sehingga warga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana.

“Saat ini kita masih kemarau basah sehingga masih banyak terjadi hujan, baik hujan ringan maupun hujan sedang,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Jumat (5/8/2022).

Ia menyebut Aceh akan mengalami puncak musim kemarau basah pada akhir Agustus.

Selanjutnya pada awal September, Aceh sudah memasuki musim peralihan dari kemarau ke musim penghujan. Sementara musim hujan akan dimulai pada Oktober hingga akhir Desember atau awal Januari.

Namun untuk saat ini, kata Zakaria, pemerintah kabupaten/kota di seluruh Tanah Rencong itu perlu mewaspadai potensi banjir dan angin kencang, terutama di wilayah barat selatan Aceh.

Hal itu disebabkan karena massa udara dari Samudera Hindia yang masuk ke wilayah Aceh dengan membawa uap air yang dapat membentuk awan konvektif, awan cumulonimbus atau awan hujan sehingga berpotensi banjir.

“Terutama daerah Aceh Jaya, karena dipengaruhi juga dengan angin fohn atau disebut angin yang menabrak Gunung Geurute di Aceh Jaya, yang dapat terbentuk awan hujan,” katanya.

Tak hanya Aceh Jaya, banjir dan angin kencang juga perlu diwaspadai warga Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam hingga Aceh Singkil, termasuk Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Besar.

Apalagi, kata dia, Aceh juga masih musim angin barat. Di musim ini, kondisi angin yang relatif kencang, dengan kecepatan antara 10-40 kilometer per jam.

“Semua daerah barat selatan berpotensi, tapi lebih berpotensi daerah yang ada sungai-sungai, jadi perlu waspada banjir,” kata Zakaria.

Sementara untuk wilayah pantau timur Aceh, menurut Zakaria, BMKG memperkirakan tetap ada potensi hujan, tetapi dengan intensitas hujan ringan.

Di samping itu, BMKG juga meminta warga tidak membuka lahan dengan cara membakar. Karena potensi kebakaran hutan dan lahan masih tetap terjadi, meski tidak menyeluruh di semua wilayah Aceh.

Secara umum, untuk seluruh Aceh tetap perlu waspadai karhutla, dengan terus menjaga hutan, dan tidak membakar saat membuka lahan.

“Masyarakat kita banyak membuka lahan dengan cara membakar, karena lebih praktis dan lebih murah. Untuk Aceh Selatan, Subulussalam dan Aceh Singkil itu potensinya tingkat sedang,” katanya. (ant)

Shares: