Editorial

Berdiri di Belakang Fazar Baizury

“Pak keuchik, malam ini kamu aman. Tapi nyawa kamu, Asubki dan Musilan belum aman. Kecuali kamu mau menghentikan masalah sengketa tanah kalian. Kalau tidak kami tetap akan menghabisi kalian. Itu semua tergantung dari pak keuchik, kami dari pasukan gerilya hanya sekedar mengingatkan saja.”

Tulisan yang diterima oleh Abdul Manan, Keuchik Cot Mee, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya, memuat teror yang jelas. Mengatasnamakan pasukan gerilya, pesan ini menyampaikan pesan mewakili kepentingan PT Fazar Baizury, perusahaan perkebunan sawit di daerah itu yang kini bersengketa dengan warga.

Namun yang media ini sayangkan adalah sikap aparat kepolisian yang tidak menindaklanjuti teror terhadap penolakan Abdul Manan dan warga di desa itu untuk melepaskan hak tanah mereka kepada perusahaan. Polisi seperti membiarkan perusahaan itu menebar teror kepada masyarakat.

Ini memang cerita yang jamak terjadi saat perusahaan bersengketa dengan rakyat yang direbut haknya. Apalagi, sengketa itu terjadi di kawasan pedalaman yang sulit diakses. Dengan demikian, kasus teror dan perampasan lahan ini akan luput dari perhatian publik.

Wajar jika ratusan warga Cot Mee menolak memberikan lahan kepada perusahaan itu. Karena itu merupakan lahan mereka mencari makan dengan bercocok tanam. Melepaskan tanah kepada perusahaan hanya akan menjadikan sebagian besar warga di desa itu miskin.

Tentu kita tak berharap aparatur negara, entah itu aparat kepolisian atau militer, berdiri membela kepentingan perusahaan dan mengabaikan fakta bahwa seharusnya mereka bekerja membela kepentingan warga.

Pemerintah harusnya berkaca pada penyelesaian sengketa lahan di Aceh Singkil. Kasus-kasus sengketa lahan ini akan dapat diselesaikan jika pemerintah dan lembaga-lembaga terkait serta kepolisian dan militer sepanjang tetap hadir untuk melindungi masyarakat. (Sumber : Ajnn.net)

Shares: