FeatureNews

Berburu Beragam Takjil di Pasar Lueng Putu

Berburu Takjil di Pasar Lueng Putu. (popularitas/Nurzahri)

Suasana jalan pasar tradisional Lueng Putu tampak jauh dari keheningan. Setiap sudut memunculkan kebisingan akibat padatnya mobilitas warga yang berkunjung untuk berbelanja penganan berbuka puasa di bulan Ramadhan 1442 Hijriah.

Puluhan pedagang makanan ringan siap saji, tampak berjejeran di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan pasar tradisional Lueng Putu yang memiliki panjang berkisar 200 meter lebih itu.

Berbagai macam penganan khas Aceh, terlihat dijajakan di atas meja yang terbalut kain. Mulai, dari Mie Caluk, Ade potong, Timphan, Lemang, Tape, Timphan Gulung, Boh Rom-Rom, Pecal, Lontong.

Ada juga, berbagai jenis minuman, berupa cendol, esteles, es campur hingga air tebu, air kelapa, sop suah, dijajakan oleh para pedangan untuk dijual ke warga yang berburu takjil sambil ngebuburit.

Terlihat, ratusan warga lainya terlihat hilir mudik dari satu meja ke meja lainnya, mencari kudapan untuk berbuka puasa.

Berpakaian kemeja kotak-kotak biru hitam, seraya menenteng sebuah plastik berwarna merah yang berisikan sejumlah penganan berbuka, Iswandi tampak berjalan pelan menuju pedagang es buah.

“Saya segaja datang ke pasar, untuk berbelanja makanan siap saji untuk berbuka puasa nanti,” kata Iswandi, kepada popularitas.com, Kamis (22/4/2024).

Mata-mata melirik-lirik, tangan kanannya terlihat sibuk menarik dompek di saku celana belakang, seraya mengeluarkan uang pecahan Rp 50 ribu, yang kemudian dia serahkan ke pedagang tempat ia membeli menu berbuka puasa itu.

Di samping Iswandi, perempuan paru baya dengan tangan kirinya memegang pergelangan bocah laki-laki berusia 10 tahun, juga terlihat memesan beberapa bungkus mie caluk, dan timphan gulung.

“Kalau bulan puasa seperti ini, biasanya saya belanja mie atau beberapa makanan lainnya yang tidak saya buat  di rumah, maka saya beli di pasar ini,” katanya, dengan seketika, perempuan di samping Iswanndi itupun menimpali.

“Saya juga begitu bang,” kata perempuan itu.

Berburu Takjil di Pasar Lueng Putu. (popularitas/Nurzahri)

Terpal-terpal yang terpasang di sisi kiri dan kanan tempat para pedagang menjajakan penganan berbuka itu terlihat menari-nari usai tertiup angin kala menjelang senja.

Kak Mani (52), terlihat sibuk membungkus beberapa makanan yang dipesan para pembeli.

Dengan seketika, tangan kirinya langsung memegang duan pisang, jemari kanannya yang sudah tertupi plastik berwarna bening, berdansa-dana di atas tumpuk Mei berwarna kuning.

Secara perlahan dan teratur, Mie yang sudah digenggam tangan perempuan paruh baya itu langsung diletakkan di atas dua daun pisang yang sedari awal sudah terpengang dengan tangan kiri Kak Mani.

Kak Mani, merupakan salah satu dari ratusan pedangan penganan berbuka saban bulan puasa di jalan Pasar Tradisional Lueng Putu.

Seperti Ramadhan sebelumnya, lapak atau lokasi Kak Mani menjajakan berbagai macam kudapan itu tepat berada di depan pasar ikan Lueng Putu.

“Setiap puasa saya selalu menjual berbagai macam makan berbuka ini,” kata Kak Mani.

Harga makanan kering dan basah yang dibadrol Kak Mani dan pedagang penganan berbuka masih terbilang murah. Di mana satu bungkus Mie Caluek hanya di hargai Rp 3 ribu, Ade bulat Rp 5 ribu, sedang boh rom-rom perbiji hanya Rp 1.000.

Raut wajah perempuan yang mengenakan kerudung panjang berwarna merah jambu itu tampak sumringah, saat menyapa warga yang hilir mudik di jalan pasar tradisional itu.

“Piyoh-piyoh, peu jeut lon bi, (Mampir-mampir, apa yang bisa saya beri,” tawar kak Mani kepada pemburu takjil.

Dikatakan, saban bulan Ramadhan, Kak Mani bersama lima puluhan pedagang lainnya, biasanya mengeluarkan penganan berbuka buasa ke pasar tradisional Lueng Putu untuk dijajakan ke warga sekira pukul 16.30 WIB.

Dalam sehari warga yang mampur untuk berbelanja penganan berbuka puasa sama perempuan itu bisa mencapai 30 orang.

“Orang setiap hari yang datang sangat ramai, cuma yang berbelanja sama saya bisa mencapai 30 lebih, lainnya sama pedagang lain lagi. Kadang satu orang belanja bisa sampai Rp 30 ribu hingga 40 ribu,” kata Kak Mani.

editor: dani

Shares: