EditorialNews

Benteng Terakhir Itupun Telah Goyah

Benteng Terakhir Itupun Telah Goyah
Pelaksanaan shalat jenazah dr Imai Indra, Sp.An yang meninggal dunia dalam kondisi positif COVID-19 di komplek Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh, Rabu (2/9/20200. (FOTO ANTARA/Khalis)

POPULARITAS.COM – Masyarakat adalah ujung tombak dalam pencegahan Covid-19. Para dokter dan perawat merupakan benteng terakhir. Ungkapan ini disampaikan oleh Ketua Satgas nasional penanganan corona, Doni Monardo, saat menyampaikan belangsungkawa atas wafatnya 104 tenaga medis di seluruh penjuru nusantara, yang berjibaku menyelamatkan ribuan nyawa warga yang tengah berjuang melawan virus mematikan tersebut.

Di Aceh sendiri, dr Imai Indra, SpAN, salah satu dari ratusan dokter yang bekerja tanpa henti di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Rabu, 2 September 2020 ia menghembuskan nafas terakhirnya karena terinfeksi virus corona.

Pria berusia 52 tahun itu, tak kuasa melawan keganasan corona yang memapar tubuhnya. Ia telah berjuang selama 19 hari untuk sembuh. Namun Allah lebih menyanyangi sosok lelaki yang dikenal baik oleh rekan sejawatnya tersebut.

Dirut RSUZA Banda Aceh, dr Azharuddin, mengemukakan, almarhum sempat dirawat di Respiratory Intensif Care Unit (RICU) selama 19 hari, dan hari ke-20, sejawatnya itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Sebelum dinyatakan terinfeksi Covid-19, almarhum sempat melakukan operasi terhadap pasien yang terinfeksi corona. Pasca itu dr Imai Indra, SpAN, menunjukkan gejala klinis, dari hasil swab selanjutnya dinyatakan positif. “Kematian almarhum, kasus pertama meninggalnya tenaga dokter spesialis di provinsi ini,” terangnya.

Di Aceh sendiri, dari catatan pihaknya terdapat 100 orang lebih tenaga medis dan kesehatan yang telah terpapar covid-19. Jumlah itu terus meningkat, seiring dengan naiknya kasus warga yang terpapar corona di provinsi ujung pulau Sumatera ini.

Apa yang diungkapkan oleh Doni Monardo, tentang benteng terakhir penanganan covid-19 adalah para dokter, dan yang disampaikan oleh dr Azharuddin, mengenai kasus kematian dokter di provinsi ini, serta ratusan yang telah terinfeksi, menjadi peringatan atau warning bagi kita semua.

Dokter sebagai benteng terakhir pencegahan dan penanganan Covid-19, hari ini di Aceh telah goyah. Yah, kepergian dr Imai Indra, SpAN, harus menjadi perhatian semua pihak bahwa, kedepan tidak boleh ada lagi tenaga medis yang gugur.

Jika benteng terakhir itu goyah, dan situasi terus memburuk, bukan tidak mungkin akan berubuh, dan jika itu terjadi, maka kekacauan penanganan covid-19 di provinsi ini akan tidak terkendali.

Semua elemen, baik itu pemerintah Aceh, DPR Aceh, dan stakeholder lainnya, harus memastikan setiap tenaga kesehatan mendapatkan fasilitas yang terbaik dalam penanganan warga. Begitu juga dengan insentif harus menjadi perhatian, sebab para dokter dan perawat telah bekerja tanpa mengenal waktu.

Meningkatnya kasus masyarakat yang terpapar Covid-19 di Tanah Rencong, mau tidak mau memaksa para dokter dan perawat harus bekerja lebih maksimal. Untuk itu, dibutuhkan kenyamanan, dan kepastian ketersediaan fasilitas pendukung.

Hal itu guna memastikan dalam pelayanan, tidak ada lagi dokter yang bekerja dengan dukungan peralatan yang minim, seperti ketiadaan alat pelindung diri atau APD medis yang berstandar terbaik.

Semua upaya dan daya harus dilakukan pemerintah Aceh, dengan ketersediaan angggaran. Semua fasilitas dan dukungan terbaik harus diberikan kepada para dokter, sebab jika benteng terakhir pun sudah rubuh, maka kita tidak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi.

Begitu juga dengan warga, kepatuhan terhadap protokol kesehatan harus selalu menjadi standar hidup. Tidak berbuat sesukanya, tidak mau pakai masker, dan tidak membiasakan diri mencuci tangan, serta tidak mau membawa handsanizer saat keluar rumah.

Hendaknya, semua warga tidak berbuat sesuka hati, harus patuh pada amaran pemerintah, imbauan ulama, dan yang paling utama, untuk senantiasa saling mengingatkan jika ada warga yang berada ditempat umum, namun tidak mengenakan masker.

Harus diingat, jika sebab kematian seseorang dikarenakan tertular dari virus yang kita bawa, dan kita tidak mengenakan masker, bisa saja orang tersebut menjadi mesin pembunuh dan penyebab kematian orang lain.

Apapun kita, harus senantiasa hidup sehat, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Kuncinya terletak pada kesadaran kita bersama. Sebab, jika grafik terjangkitnya warga akibat corona terus meningkat tajam, maka benteng akan kewalahan, dan tidak hanya goyah, bisa saja benteng terakhir itupun rubuh. [RED]

Shares: