News

Ambon dan USK Banda Aceh siaga hadapi tsunami

Peneliti Jepang teliti tiga masa krisis di Aceh
Ilustrasi, pandangan dari udara memperlihatkan kota Banda Aceh yang hancur akibat tsunami Aceh, 28 Januari 2005. BNPB mencatat 166.080 orang tewas dan 6.245 lainnya hilang akibat disapu gelombang tsunami. REUTERS/Kimimasa Mayama

POPULARITAS.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dan Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syah Kuala (USK) Banda Aceh Aceh bersinergi meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam Tsunami.

Hal tersebut disampaikan Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena di Ambon, saat diskusi terpumpun Integrasi Tsunami Historis dalam upaya kesiapsiagaan masyarakat dan kebijakan tata ruang Kota Ambon, Selasa (30/8/2022).

“Sinergitas ini bagian dari riset dalam rangka mencari bentuk media edukasi dan informasi bagi peningkatan kesiapsiagaan dan juga mengintegrasikan upaya mitigasi di tingkat RT/RW di Kota Ambon,” kata dia.

Ia mengatakan, Kota Ambon merupakan salah satu kota di Indonesia timur yang rawan Tsunami. Secara topografi, Kota Ambon beruntung memiliki daerah-daerah perbukitan yang mengelilingi kota.

Tata ruang Kota Ambon saat ini masih perlu dikaji apakah regulasi yang ada sudah cukup optimal mengadopsi konsep mitigasi tsunami struktural dan non-struktural.

“Tsunami di Teluk Ambon yang melanda Hative Kecil dan Galala tahun 1950 adalah satu diantara tsunami yang masih menjadi tanda tanya sampai saat ini sumber dan mekanisme terjadinya,” katanya.

Pemkot katanya, menyadari upaya mitigasi bencana, termasuk Tsunami, perlu dilaksanakan secara berkelanjutan dan integratif.

Prinsip berkelanjutannya perlu tercermin pada berbagai aspek, baik perencanaan, pelaksanaan, maupun pemantauan atau evaluasi capaian kinerja, dalam hal ini penurunan indeks risiko bencana di Kota Ambon.

Sesuai Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan oleh BNPB, Kota Ambon memiliki Indeks Risiko 98,33 yang termasuk kategori sedang.

“Tetapi perlu diingat bahwa indeks ini dapat saja turun secara drastis jika tidak dilakukan upaya yang berkelanjutan dan integratif tersebut,” ujar dia.

Perwakilan TMDRC USK, Syamsidik menjelaskan, riset ini merupakan inisiasi dari grup peneliti di Indonesia dan Jepang yang dilakukan di Banda Aceh, Ambon, Pangandaran, Pacitan, Bali, Palu dan Ibu Kota Negara (IKN) baru.

“Tujuannya adalah bagaimana hasil riset ini diadopsi di tingkat kebijakan terhadap review tata ruang kota, serta diterjemahkan dalam media komunikasi dan edukasi para mitra terkait kesiapsiagaan masyarakat,” kata dia.

Editor: Muhammad Fadhil

Shares: