News

Al Chaidar: TAM Tergolong Kelompok Terorisme

Pengamat Teroris Asia Tenggara, Al Chaidar

POPULARITAS.COM – Pengamat terorisme Al Chaidar menilai Tentara Aceh Merdeka (TAM) yang dipimpin oleh Mukhtaruddin sudah tergolong kelompok terorisme.

Al Chaidar bilang kelompok ini muncul karena kecewa dengan perjanjian damai yang tak menyeluruh dan tak menyentuh mereka. Sehingga kemunculan mereka berdasarkan amarah dan dendam.

“Mereka dalam kurun gerakan artinya zaman kemarahan terhadap pihak Indonesia atau pihak yang ikut serta dalam MoU Helsinki dan juga pihak Pemerintah Aceh sekarang,” sebut Al Chaidar kepada Popularitas.com, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya TAM adalah kelompok teroris lokal dan bersifat etno-nasionalis, maknanya masih bersifat melanjutkan perjuangan GAM sebelumnya.

Mereka tidak memiliki kerjasama dengan gerakan teroris di Asia Tenggara seperti Abu Sayyaf di Thailand dan kelompok ISIS pada umumnya seperti JAD di Indonesia.

“Mereka hidup dalam kurun gerakan “the age of anger” (zaman kemarahan) terhadap pihak Indonesia, pihak yang ikut serta dalam MoU Helsinki dan juga pihak di Pemerintah Aceh sekarang,” katanya.

Dari analisa Al Chaidar, TAM muncul dari akar gerakam memerdekan Aceh, yaitu dari gerakan DI-TII tahun 1953-1964, kemudian AM (ASNLF) 1976, selanjutnya pada tahun 1985 lahir GAM. Kemudian setahun  setelah MoU Helsinki terjadi pepecahan dengan munculnya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang terbagi dalam dua ideologi yakni Jihadis dan etno nasionalis.

“TAM itu sendiri terbentuk pada tahun 2017, kemunculan mereka penuh dendam dan amarah, mereka tidak menginginkan damai yang mereka inginkan perang atau merdeka. Damai dalam persepsi mereka adalah menang atau merdeka, bukan damai yang tunduk kepada rezim Jakarta. Mereka juga kecewa dengan perjanjian damai yang tak menyeluruh dan tak menyentuh mereka,” ujar Al Chaidar.

Seperti beberapa gerakan jihadis seperti gerakan Jalin Jantho, kemudian gerakan ISIS di Aceh seperti gerakan Abu Hamzah dan Aulia cs yang pernah terdeteksi di wilayah  Aceh Utara.

Sedangkan KKB yang berlatar belakang etnonasionalis seperti Ayah Banta cs yang melakukan pembantaian di kawasan Geureudong Pase, Din Minimi, Abu Razak, Gambit di Aceh Timur. Popeye, Abu Granat, gerakan Lamteuba, Tgk Rizal Kuta Blang dan Rebon.

“Tidak menutup kemungkinan kelompok KKB tersebut akan muncul dengan nama yang kelompok baru nantinya dengan orang-orang yang sama, itu sudah dinamika mereka,” sebutnya lagi.

Al Chaidar juga juga menilai, kelompok senjata yang beraksi terlibat dalam penculikan seorang pengusaha showroom sepeda motor bernama Maimun Darwis, yang terjadi pada Rabu malam (9/9/2020) sudah tergolong tindakan terorisme.

“Karena terorganisir, terencana, punya basis primordial, memiliki kepemimpinan organik dan keyakinan mesianik dan bersifat kekerasan, ini sangat membahayakan orang lain sepeti pengusaha, pekerja asing dan warga sipil lainnya,”

“Pemerintah seharusnya menyalurkan semua bantuan kepada mantan kombatan secara menyeluruh hingga tidak ada yang tersisa sehingga tidak ada lagi kelompok seperti ini lagi di Aceh,” pungkasnya.

Editor: dani

Reporter: Rizkita

Shares: