News

Aceh Masuk Musim Peralihan, BMKG Ingatkan Waspada Karhutla

Empat Ha Lahan Gambut Hangus Terbakar di Aceh Selatan
Seorang petugas damkar sedang memukul ranting pohon ke titik api guna memadamkan kebakaran gambut di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Meukek, Aceh Selatan pada Jumat (7/8/2020). ANTARA/ HO-BPBD Aceh Selatan

POPULARITAS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar menyatakan wilayah Provinsi Aceh sudah memasuki masa peralihan musim, sehingga warga diminta waspada terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) atau kebadan permukiman.

“Pada masa peralihan musim ini, sebagian kabuaten/kota biasa terjadi hujan dan sebagian lainnya tidak berpotensi hujan,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad seperti dilansir laman Antara, Senin (15/2/2021).

Ia menjelaskan kondisi dinamika atmosfir di sebagian wilayah Aceh terlihat ada belokan angin, kemudian sebagian daerah lainnya juga terdapat penyebaran massa udara atau divergen massa udara. Divergan ini merupakan kebalikan dari kondisi konvergen.

Menurut Zakaria, kondisi dua fenomena dinamika atmosfir itu betolak belakang, dimana divergen dapat mengurangi pembentukan awan-awan hujan, sedangkan belokan angin memicu turunnya hujan. Sehingga sebagain wilayah hujan dan sebagian lainnya tidak berpotensi hujan.

“Keadaan ini sering terjadi pada masa-masa sekarang yaitu yang disebut dengan masa peralihan musim,” katanya.

BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi hujan ringan hingga sedang tapi tidak merata meliputi Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Gayo Lues, Subulussalam dan Aceh Tenggara. Sedangkan 14 kabupaten/kota yang lain di Provinsi Aceh dirediksikan hingga tiga hari kedepan cerah hingga cerah berawan.

“Dengan kondisi cuaca yang seperti ini, maka perlu kami ingatkan waspada terhadap munculnya titik panas atau Karhutla. Demikian juga rentan terhadap kebakaran rumah atau gedung lainnya terutama yang terbuat dari kayu,” katanya lagi.

Hal itu, lanjut dia, juga didukung dengan naiknya suhu maksimum udara mencapai 33.0 °C, sedangkan uap air di udara semakin berkurang yaitu relatif huminity (RH) minimum turun pada angka 58 persen.

“Ini artinya udara kita semakin kering,” kata Zakaria menjelaskan.

Shares: