BANDA ACEH (popularitas.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Blang Bintang di Aceh Besar menyebutkan, 19 titik panas terdeteksi mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Aceh.
“Dari tangkapan satelit sore ini, total ada 19 titik panas di Aceh,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Sabtu, 14 Maret 2020.
Ia menerangkan, ke-19 titik panas tersebut tersebar pada lima kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia yang terkonsentrasi di wilayah utara-timur, dan barat-selatan Aceh.
Di wilayah utara-timur, kata dia, titik panas terpantau ketiga satelit, yakni Terra, Aqua, NPP Suomi, menggunakan sensor modis, di antaranya sembilan titik terdiri dari tujuh titik di Aceh Timur, dan dua titik di Bireuen.
“Tujuh titik panas di Aceh Timur terdapat pada lima kecamatan, yakni Simpang Jernih dua titik, Julok dua titik, Bandaluealam, Peunaron, dan Pantebidari masing-masing satu titik. Dua titik di Bireuen pada dua kecamatan, Peudada dan Peulimbang,” ujarnya.
Wilayah barat-selatan, lanjut dia, terdeteksi delapan titik panas, di antaranya yang terdiri dari enam titik di Aceh Selatan, meliputi tiga kecamatan, yakni Bakongan tiga titik, Kluet Selatan dua titik, dan Trumon Timur satu titik.
“Ada dua titik di Kota Sulubussalam pada dua kecamatan, yaitu Rundeng dan Simpang Kiri,” tuturnya.
Sementara dua titik panas sisanya terdeteksi di wilayah tengah Aceh, yaitu Aceh Tengah yang kedua terkonsentrasi di Kecamatan Bintang.
“Dari ke-19 titik panas ini, ada dua titik yang terdeteksi di Bakongan (Aceh Selatan), kami yakin telah menjadi titik api karena memiliki tingkat kepercayaan 90 dan 95 persen,” kata Zakaria.
Ia menjelaskan ada delapan titik panas lagi patut diduga kebakaran, yakni dua titik di Bintang (Aceh Tengah/ dengan tingkat kepercayaan 79 persen, Julok 76 persen, Pantebidari 74 persen, Peunaron 78 persen, Simpang Jernih 71 persen (Aceh Timur), Rundeng 72 persen, dan Simpang Kiri 71 persen (Subulussalam). (ANT)
